Jenis-Jenis Kesulitan Belajar yang Orang Tua Harus Tahu
Dalam konteks pembelajaran di kelas, anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang tidak mampu mengikuti pelajaran atau lambat dalam perkembangan belajarnya. Kesulitan belajar tersebut dapat mengurangi kecepatan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan lanjutan.
Kesulitan belajar pada prinsipnya menyangkut fungsi kognitif dan psikomotor yang bisa dibantu pemecahannya. Seorang yang memiliki masalah kesulitan belajar mungkin memerlukan waktu tambahan untuk menyelesaikan tugasnya. Seseorang juga bisa mengalami kesulitan karena kurangnya latihan untuk fokus dan konsentrasi kepada tugasnya.
Jenis – Jenis Kesulitan Belajar
Meskipun ada banyak variasi kesulitan belajar namun secara umum ada beberapa kesulitan belajar yang perlu diidentifikasi lebih awal sehingga anak bisa dibantu lebih intensif.
1. Disleksia
Disleksia adalah salah satu kesulitan belajar yang umum terjadi sebagai kesulitan belajar pada anak-anak. Keadaan ini ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, mengeja, atau berbicara dengan jelas. Ada berbagai jenis disleksia tetapi jenis yang paling umum adalah disleksia fonologis yang mempengaruhi cara orang memecah kata menjadi bagian-bagian komponennya.
Anak yang mengalami disleksia biasanya sulit mengingat urutan benda atau peristiwa, akibatnya sering salah mengurutkan nama hari atau abjad. Mereka juga kesulitan mempelajari persamaan atau perbedaan abjad, bunyi abjad dan mengucapkan kata yang baru dikenal.
Disleksia tidak terkait dengan kecerdasan yang lebih rendah, tetapi kesulitan bahasa dapat menyebabkan anak-anak lambat menyerap informasi pengetahuan. Akibatnya anak tersebut memiliki pemahaman lebih lambat dari teman seusianya.
Anak yang mengalami disleksia perlu waktu lebih lama untuk mengulang urutan benda atau peristiwa. Selain itu mereka perlu berlatih lebih fakus dengan berbagai variasi Latihan yang menyenangkan.
2. Attention deficit disorder (ADD) dan Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD)
Attention deficit disorder (ADD) dan attention deficit hyperactive disorder (ADHD) dulunya dikelompokkan di bawah payung istilah ADD.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir adalah ADHD yang telah menjadi label umum untuk kesulitan perhatian, baik dengan dan tanpa hiperaktif. ADHD dengan hiperaktif sering ditandai dengan kesulitan mempertahankan fokus dalam waktu lama.
Anak-anak dengan ADHD dapat memiliki kontrol impuls yang buruk, gelisah, dan menghasilkan karya tulis yang berantakan. Mereka sering lebih mudah dipilih di kelas daripada siswa yang memiliki ADD tanpa hiperaktif, seperti dalam kasus yang terakhir, seorang pelajar mungkin tidak memperhatikan diri mereka sendiri.
3. Disgrafia
Anak-anak yang berjuang dengan disgrafia mengalami kesulitan dalam menulis dan dapat menghasilkan teks yang tidak terbaca. Menulis dapat melelahkan, membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan dan menyebabkan frustasi dan stres.
Orientasi spasial dan aspek perencanaan penulisan bisa sangat menantang bagi penderita disgrafia. Ini termasuk merencanakan spasi putih antara huruf dan kata, menulis dalam garis lurus dan/atau menghasilkan baris teks yang spasi vertikal.
4. Diskalkulia
Berbeda dengan disleksia dan disgrafia yang keduanya merupakan kesulitan belajar berbasis bahasa, diskalkulia berkaitan dengan pemrosesan angka. Anak-anak dengan diskalkulia dapat mengalami kesulitan melakukan aritmatika sederhana.
Mereka mungkin tidak tahu bagaimana mendekati masalah matematika/matematika. Terkadang aspek spasial dari penyeimbangan persamaan rumit, serta mengelompokkan angka dan melakukan urutan operasi yang benar.
Ketika disleksia dan diskalkulia muncul bersamaan, masalah membaca kata menjadi lebih sulit, dan pembalikan angka mungkin sering terjadi. Hal ini dapat menimbulkan kesalahan dalam pekerjaan dan menyebabkan siswa mendapatkan jawaban yang salah.
5. Dispraksia
Meskipun tidak selalu dikelompokkan di bawah judul kesulitan belajar/ketidakmampuan belajar, dispraksia adalah kesulitan keterampilan motorik yang juga dapat berdampak pada keberhasilan akademik. Hal tersebut mempengaruhi perencanaan dan koordinasi otot, termasuk otot-otot tangan.
Dalam kasus dispraksia verbal/apraksia bicara, otot-otot wajah, mulut dan tenggorokan terpengaruh, membatasi produksi bahasa lisan.
Orang dengan dispraksia juga dapat berjalan dengan gaya berjalan yang lucu, mengalami kesulitan menggunakan kuas di kelas seni, mengalami kesulitan memainkan alat musik, dan/atau melakukan gerakan terkoordinasi dalam olahraga.
Itulah beberapa jenis kesulitan belajar pada anak. Dengan bantuan guru dan orang dewasa semua anak tetap mampu belajar dan tumbuh kembang secara optimal sesuai potensinya.
Tinggalkan Balasan